“Mengapa kita harus Siap Menghadapi Revolusi Industri 4.0?“
Kira – kira begitulah pesan yang disampaikan oleh Dr. Komang Budi Aryasa, S.T, M.T dalam kuliah umum yang bertema “Skills Disruption in Digital Industrial Revolution Era”. Kepala riset bidang IoT dan big data divisi digital service (DDS) Telkom ini membahas beberapa hal yang harus dicapai dalam menuju Making Indonesia 4.0. Sebagai pembuka, dijelaskan bahwa revolusi industri telah diawali dengan penemuan mesin uap pada akhir abad ke-18, hingga revolusi industri 4.0 yang mulai terasa dampaknya hari ini.
Kuliah umum yang digelar merupakan salah satu kegiatan dari serangkaian acara yang digelar bersamaan dengan penandatanganan MoU antara JTK – Polban dengan DDS-Telkom, yang dilaksanakan di ruang serba guna (RSG) JTK, mulai Pk. 10.30 hingga Pk. 15.30.
Making Indonesia 4.0 adalah sebuah roadmap yang dirancang oleh pemerintah untuk melakukan penetrasi industri 4.0 dengan sasaran menjadi 10 top negara dunia dengan kekuatan ekonomi yang berdasarkan GDP (2030), peningkatan productivity-to-cost ratio, dan mendorong jaringan ekspor menjadi 10% dari GDP. Dalam rangka merealisasikan objektivitas ini, maka strategi yang digunakan adalah dengan membangun 5 sektor manufaktur yang berkompetisi secara regional dengan memanfaatkan teknologi seperti Advanced Robotics, Wearables, IoT, dan AI sebagai logical layer.
Dalam mempersiapkan revolusi industri ini, teknologi – teknologi yang menjadi kunci perubahan harus giat diikuti dan dikuasai terutama oleh para mahasiswa yang menjadi tunas bangsa, bunyi pesan yang tersirat pada kuliah umum Rabu, 21 November 2018. Adapun teknologi yang dimaksud, antara lain seperti Advanced Analytics, Machine Learning, Internet of Things, Digital Security, Augmented Reality, Blockchain dan Business Algorithms.
Dr. Komang juga turut menyampaikan bahwa Telkom sendiri telah mempersiapkan strategi untuk mengembangkan inovasi dengan menyediakan lab seperti Digital Amoeba, Telkom Group, dan Open Innovation yang ditujukan untuk para startup, partnership, dan crowdsourcing. Tak lupa juga ditambahkan informasi mengenai karir yang sangat dibutuhkan di masa depan. Secara berurut karir dengan permintaan yang tinggi berdasarkan data World Economic Forum September 2018, yakni : Software Engineer, Marketing Specialist, Human Resource Spesialist, Marketing Manager, dan beberapa yang lain yang diantaranya Data Analyst. Di akhir kuliah pembicara mempertegas bahwa mahasiswa JTK sangat berpeluang untuk ambil andil dalam pasar Industri 4.0.
Pembicara kedua, yaitu Bapak Edwin Purwadensi (Staf Divisi Digital Service Telkom). Tema yang diangkat adalah “Big Data & AI in the Era IR 4.0”. Tema ini cukup menambah wawasan mahasiswa JTK mengenai pentingnya big data di masa depan. Dalam pembahasannya, dipaparkan trend dari Data Analytics yang dimulai dari OLAP tahun 1997 hingga Big Data hari ini. Adapun peran data pada revolusi industri 4.0 adalah sebagai pendukung pengambilan keputusan oleh autonomous business dengan menggunakan machine learning melalui cloud technology.
Disebutkan bahwa Big Data terdiri atas 6 C, yaitu Connection, Cloud, Cyber, Content/ Context, Community, dan Customization. Big Data dapat diperoleh dari Internal Data Streams, Shared Data Streams, dan juga External Data Streams. Tak lupa nara sumber menghimbau mahasiswa akan pentingnya memproduksi data sendiri, karena kebergantungan kita terhadap data public yang dimiliki oleh perusahaan besar seperti Google hanya akan memperkaya perusahaan tersebut, padahal kita juga mempunyai kesempatan untuk itu.
Terkait autonomous technology stack yang diperlukan di era autonomous business, komoditas data dapat diperoleh secara proprietary dan real time, diantaranya melalui kendaraan, lokasi, satelit, drone, kamera, sensor, social media, dan telepon yang kemudian akan diakuisisi pada cloud yang akhirnya akan dilakukan deep learning pada data tersebut untuk kepentingan artificial intelligence. Oleh karena itu, diingatkan bahwa sangat penting bagi mahasiswa untuk menerapkan pendekatan design thinking ketika ingin melakukan inovasi.
Pendekatan design thinking yang diperkenalkan oleh Booz Allen menitikberatkan pada 4 hal, yaitu immerse, synthesize, ideate, dan prototype. Tahap 1 adalah immerse, yaitu adalah observasi dan dokumentasi terhadap human experiences untuk memperoleh pengetahuan. Kemudian synthesize, menggunakan pengetahuan yang telah ada untuk memetakan masalah dan memahami masalah secara tajam. Ideate adalah proses mengombinasikan dan mengontraskan ketidaksamaan informasi untuk memperoleh ide – ide. Dan tahap terakhir adalah prototyping. Sebagai penutup, diinformasikan juga bahwa: adalah suatu langkah bijak untuk mengetahui adanya keperluan hasil olahan data terlebih dahulu, sebelum melakukan deep learning terhadap data tersebut.
Dalam pelaksanaan kuliah umum tersebut, tak lupa pihak DDS Telkom membagi-bagikan doorprize yang luar biasa, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Mahasiswa nampak antusias mengikuti acara tersebut dari awal hingga akhir.***




[wzslider autoplay=”true” exclude=”281118_stadiumGenerale_2.jpg, 281118_stadiumGenerale_3.jpg, 281118_stadiumGenerale_4.jpg, 281118_stadiumGenerale_5.jpg”]